sitoradostdaram sitoradostdaram sitoradostdaram

Thursday, May 28, 2015

-Tragedi 'Mama Boru Apa?' -

Jreng, jreng, jreng...

Pagi-pagi udah ada aja adegan perjodohan di kantor.
" Pagi Ibu Elizabeth.. Bapak Marga apa Ibu? "
" Loh kok tahu saya orang batak? "
" Dari marganya dong, Bu. Saya boru batak juga. "
" Oo, gitu boru apa? "
" Boru Simangunsong, Ibu Elizabeth."
" Mama kamu boru apa? "
" Hutagaol, Bu. Bapak marga apa bu? "
" Siregar, De.. "
" Eh,, Wahh, kamu sudah berkeluarga kah? " lanjutnya lagi.
" Hihihihi.. Belum Ibu.. "
" Oogitu. terus pacar sudah ada? "
Nah loh, pertanyaan semakin menjurus kemana ini. Kok nanyanya langsung nembak-nembak begini yah. Dasar orang batak yah.
" Enggg.... engggg... belum ada ibu. Sudah berakhir, ibu. "
" Ooo.. mau saya kenalin ? Tapi sama keluarga saya yah..
Ngokkkkk... langsung nyeri kepala.
" Yah, dikenalin mah boleh aja ibu. Tapi yang baik-baik yah bu. Nda mau mengenal yang jahat-jahat ,bu.. hehehehe.." ujarku sok tersipu malu bercampur enggan gitu. Padahal karena bingung harus bersikap seperti apa. 
" Loh memangnya kenapa berakhir? "
Aishhhh.. pertanyaannya itu loh.. Males banget untuk dijawab.
" Iya, Ibu. Yahh, bentrok sama sudut pandang dia dan orang tuanya, Bu..."
" Loh, kok gitu sih? Orang anaknya yang pacaran, masa jadi orang tuanya yang ikut campur sih. Kan anak-anaknya saling menyayangi. Kenapa nggak didoakan saja supaya anaknya bahagia dengan orang yang dikasihinya. Kok kampungan sekali yah orang tuanya? "
Ngokkkk... si Ibu ini terlalu terbuka sekali dalam berbahasa. Tapi it's okay. Mungkin inilah salah satu ungkapan ketidaksukaan seorang ibu jika misalnya melihat anak perempuannya mendapat perlakuan yang sama. Karena nyokapku pun juga mengeluarkan makna yang sama dengan yang diucapkan beliau ini.
" Yah, mungkin begitulah, Bu... "
" Nanti saya kenalin yah ke kamu. Kali aja kamu berjodoh dengan keluargaku."
" Hehehehe.. Si ibu ada-ada saja.. " balasku sambil nyengir grogi. Bingung membalas obrolannya yang terlalu to the point.
" Eh, bagi no HP kamu. Nanti saya telepon kamu yah. Atau kamu SMS saya deh no HP kamu. "
Oo,oo,ooo,,, beliau dengan to the pointnya meminta no HP ku lalu dengan tanpa ragu memberikan no HP nya kepadaku.
Dengan ragu sebenarnya gue memberi tahu beliau No XL saya. Yupss, karena no simpati gue adalah no privacy; hanya untuk orang terdekat, jadinya saya nggak mau memberikannya kepada orang yang baru saya kenal. Maafkan saya yah, bu.

" Iya bu. Nanti saya SMS kan no HP saya yah, bu. "
" Saya doakan kamu dapat jodoh yang baik hati yah, Nov. Yang sayang banget sama kamu dan keluarga kamu. "
Bahasanya persis sekali dengan Ibu Pendeta yang sempat gue temui di Klinik yang ngotot pengen jodohin gue sama anaknya. Mungkin demikianlah doa seorang Ibu yang sesungguhnya. Mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya.
" Amin.. Doakan yah, Bu.."

Disudut kiri, temanku si Inoy sudah cengar cengir. Ikutan nimbrung malah.
" Iya, bu. Kenalin saja, bu. Biar cepat menikah dia ini, bu. Kenalin yang OK punya lah bu. "
" Ihhh, apaan sih, lu. Noy... Nimbrung aja yah.. Dasarrr emak-emak .. " ledekku sebel.
Sang ibu tersenyum . Hmmmm.. suka dengan senyum ibu ini. Entahlah. Setiap kali dia ke kantor aku melihat dari sekian nasabah orang batak yang datang, dia adalah orang yang sangat low profile. Nggak keliatan kalau dia adalah seorang yang memiliki jabatan di kementrian kejaksaan. 
Setelah dia pulang, teman gue masih aja ngeledek gue.
" Ciee,, cieee,,Ehemmmm...mertuanya orang kejaksaan euy..  Tajir habis Nov.. Tadi aja beliau buat deposito 1 M.. "
" So? Kalau beliau kaya emangnya kenapa? Ngaruh juga sama anaknya apa?"
" Yah, kali aja Nov.. Harta ortunya ke anaknya. Terus kan kalau nikah sama lu otomatis lu dapat bagian. "
" Gile lu yahh.. Kalau pun gue jadi menikah sama anaknya atau sama anaknya siapapun yang misalnya orang tuanya kaya, yah gue bukan menikah sama orang tuanya. Yah sama anaknya. Orang tua itu adalah hanya pribadi yang kelak mengiringi gue dan pasangan gue nantinya ketika gue sudah menikah. Itu aja. Gue nggak mau dikasih makan sama pasangan gue pakai uang orang tuanya juga. Nggak ah, gue nggak mau sama yang tajir-tajir, Noy.. Sakit kepala gue. Gue dari keluarga biasa aja. Yah, nyari yang sepantaran sama gue dan keluarga gue aja. "
" Halahhh Nov... Kalau yang datang sama lu yang memang lebih dari lu dan keluarga lu gimana? Masa lu tolak? Padahal lu udah cinta sama itu orang. "
" Yah,, itulah Noy, perlu yang namanya berhikmat. Gue harus bisa melihat segala hal nya dengan kacamata yang berbeda. Bukan dengan kacamata dunia gue. Yah, yang pasti ketika gue sedang mengenal seorang pria, terus gue semakin dekat, dan gue jatuh hati, yah gue pasti doakan dong. Minta Tuhan buat meyakinkan gue akan perasaan gue bahwa perasaan gue ini nggak salah. Gitu loh. Dan gue percaya, Tuhan pasti kasih petunjuk. Entah itu hubungan gue berlanjut semakin dalam atau berakhir. "
" Ahhhh,, pokoknya gue dukung deh Nov.. Cieee,, ketika semua berawal dari 'Mama boru apa?'.. hahhahaha.. "
" Sialan lu... Orang batak yang tahu bertutur kata dan beradat pasti begitu. Yang ditanyakan itu begitu. Tanya marga bapaknya dan mamanya. Itu sudah lumrah. Itu yang diajarin ortu gue, Noy.."
" Hahahahha, iya.. Pengajaran ortu lu nggak salah. Jadi awalnya yah begini.. "
" Siallllll.... kerja, kerja... "
" Wakakakkaakkk... Cieee,,, ibu mertua datang tuh ... cieee, cieee.. "
***

Yah, begini nih nasib kalau masih berstatus single. Tadinya sih sebenarnya mau bilang sudah punya pacar. Tapi, ada teman gue ini. Pasti dia bakal ikutan teriak "Bo'onggg, bu..." kalau gue bilang begitu. Sejujurnya hampir setahun ini gue lagi membenahi hati gue. Memfokus hati gue dan menyerahkannya kepada pemilik sesungguhnya. Gue percaya, sangat percaya,, suatu saat nanti pasangan hidup gue bakal datang menghampiri gue. Ketika hati kami sama-sama telah siap untuk mengarungi pernikahan sesungguhnya. 



.LaDy.
Casabonita Residence, Tebet, Jakarta Selatan 
Share Article on :

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkomentar. Tinggalkan jejak untuk dikunjungi kembali.