sitoradostdaram sitoradostdaram sitoradostdaram

Thursday, April 16, 2015

-28 Tahun Keatas-





28 Tahun? Masa sih saya sudah berumur 28 tahun? weiksss... Juli 2015 sebentar lagi malah akan merubah usia saya dari 28 ke 29 tahun. 
Tersadar ternyata saya sudah tua. *Disitu saya merasa sedih. :} 

Beberapa minggu lalu, tepatnya tanggal 26 Maret 2015, saya memutuskan untuk cuti, dengan alasan pulang kampung alias mudik ke Medan berhubung Abang satu-satunya saya menikah di tanggal 28 Maret 2015. Akhirnya saya memutuskan cuti 8hari kerja tepat dari tanggal 26 Maret 2015 - 7 April 2015. Cuti yang cukup lama. 

Setiba di Medan, seperti biasa Bapak yang selalu menjemput saya, Mr.B Simangunsong namanya. Doi paling standby untuk mengantar jemputku kemanapun saya mau. Sampai mengurus passport ke Imigrasi pun Bapak yang mengantarku sampai buku passport itu ada di tanganku.

Jumat siang keluarga semakin bertambah. Semakin banyak penduduk sementara di rumahku. Dan semakin banyak pertanyaan menghampiriku.
" Wahhh, ini si boru hasian kita kan? Sudah besar kamu yahh? "
Senyum merekah.
" Iya dong, Inanguda (artinya *panggilan untuk istri om kandung dari Ayah).Masa masih anak kecil terus... Kan dikasih makan.. hehehe.."
" Bahhhh, habis pesta abangmu, kamulah yah segera. Bila perlu tahun ini.. "
Aku melongo dongkol.
" Tahun ini??? Mimpiii.." gerutuku dalam hati.
" Hehehe,,, yah pastinya dong, Inanguda. Habis abang, yah aku dong.. heehehhe.."
Tidak hanya Inanguda yang ikut menggoda, berlanjut keluarga yang lainnya yang barusaja tiba di rumah.
" Siapa pacarmu sekarang? " Inangudaku yang lain ikutan nimbrung.
Haduhhh,, makin sakit kepala. Butuh panadol segera untuk meringankan gejala nyeri kepala menjawab setiap pertanyaan yang akan muncul. Kebayang kan ini masih hari Jumat? Gimana hari Sabtu nanti ketika semua sanak saudara, tetangga, rekan-rekan ortu yang lainnya datang di acara itu.

" Pacar itu apaan sih Inanguda? Sejenis makanan ringan yah? Hehehheheh.. Nggak ada nih Inanguda, cariin dong... "
Shitttt... keceplosan. Bingung basa basinya ke mereka ini.
" Ahhhhh,, bohong banget kamu nggak ada. Kamunya aja kali yang pemilih... "
" Wihhhh,,, dibilang pemilih? " tiba-tiba bertanya dalam hati. Bener nggak sih kalau saya ini memilih-milih dalam hal pencarian 'pasangan hidup'. ( guys, agak geli sih mengetik kata 'pasangan hidup' ini)

" Kalau ada, pasti aku udah dari kapan tahun marriednya... Yahh kalau memilih mah wajar atuh,, masa sembarangan milih. Secara aku kan *boru sasada (artinya *anak perempuan satu-satunya), *boru hasian (artinya *anak perempuan kesayangan),Inanguda, otomatis nanti calonku itu Hela Hasiannya ( artinya menantu pria kesayangan ) satu-satunya hela orang Bapak dan Mama,, Bapak Mama pasti sayang banget sama seperti menyayangiku.. Jadi kalau aku agak lebih hati-hati, wajarlah... "
" Iya juga yah,,, Tapi ingat usiamu... Sudah cukuplah. Kalau memang sekiranya ada yang mendekati dan mengena di hati, lanjutkan saja. Tidak perlu lama-lama lagi.."

" Andai saja ada,, masalahnya nggak ada sama sekali... Semuanya hanya berlalu begitu saja.. Tidak ada yang bisa bener-bener membuatku dengan cepatnya mengatakan " Yes, I do..", Inanguda. Kayak di tv-tv itu loh, Inanguda.."
" Eheee taheee... yang di tv-tv pula kamu bandingkan.."
" Heehehehe.. yah itu yang bisa dicontohkan Inanguda. Sinetron yang pemain prianya ngajakin cewenya menikah, terus cewenya jawab 'Yes I do..' sambil senyum senyum malu udah gitu nggak pakai lama lagi menjawabnya.. Hehehehhe.."

***

Kalau peribahasa temanku, Menikah itu bukan seperti lomba balap sepeda. Siapa cepat di garis finish, maka dialah sang juara. 

Yahh, dan saya setuju dengan statement itu. Saya tidak mau menikah hanya karena melihat teman-teman yang sudah pada married dan punya anak. Dan tanpa rasa munafik, saya rindu untuk menikah, membangun rumah tangga, berbagi hal yang mungkin belum pernah saya alami, dan memiliki anak, hamil, melahirkan dan membesarkan dan mendidiknya seperti hal yang dilakoni oleh teman-teman saya.

Tapi saya tidak mau memaksakan diri saya untuk menikah dengan orang 'siapa saja' yang mengajakku menikah. Saya butuh pribadi yang bisa membuat saya nyaman dan aman, bisa menjadi diri sendiri tanpa menuntut saya untuk merubah diri menjadi orang lain.
Mungkin itu point yang paling utama dari beberapa point lainnya yang tidak kalah penting.

Jika usia 28 adalah usia matang menurut orang-orang sekitar, saya setuju dengan hal itu. Saya tidak memungkiri bahwa memang sudah seharusnya saya berumah tangga, seperti permintaan Mama dan Bapak dari kapan tahun.
Fiuhhhh,, masih belum bisa memenuhi permintaan mereka.

Dan hari H pun tiba. Ternyata firasatku benar. Di pintu gereja bertemu kembali keluarga yang lain .
" Heiii,, Novita... Makin cantik aja kamu..."
" Iya dong, Uda... Pastinya.."
" Jadi, kamu kapanlah?? Adikmu tinggal menunggumu ini.. "
Whatttttt??? sontak kaget dalam hati.
" Nggak apa-apa, Uda (artinya *panggilan untuk adik dari Ayah). Kalau mau deluan mah, yah deluan aja. Nggak apa-apa samaku mah... "
" Ehhh, jangan dong... Harus berurutan kalian biar mantap. Biar senang Mama dan Bapak itu... "
" Haduhh, Da.. Berarti aku tinggal hitungan bulan dong yah, Da? Hahahhahah,, "
" Yahh, kalau bisa tahun ini, yah tahun ini aja. Nggak apa-apa itu. "
 Aiksssss..... merintih keki.
" Doakan saja yah, Da. Semoga tahun ini bertemu dengan Rokkap (artinya *Jodoh) "
" Nanti kalau di Jakarta, beliin tiketlah yahh.. "
" Wahhh, panteslah, Da aku belum married nih, Da. Habisnya kudu beliin tiket keluarga. Butuh duit banyak, Da. Mungkin Rokkapku lagi ngumpulin duit, cari duit yang banyak buat sinamot, buat tiket orang uda dan keluarga lainnya, hahahhahah.. Mungkin kalau sudah cukup uangnya, langsung datang si Rokkap itu melamar, Da. hehehehe " menyeletuk, menghibur diri.

" Ada-ada saja kamu, Nov... Pokoknya yang baik semuanyalah kamu temukan yah.. Biar senang Mama dan Bapak.. "
" Tenanglah, Da.. Ini lagi request alias minta sama Tuhan yang kece luar dalam, Da. hahhahaha "
kembali menyeletuk tidak karuan demi membuat suasana hati senang.

***

Ternyata begini toh kalau sudah usia semakin bertambah, usia kejepit kalau kata orang-orang; semua sibuk menanyakan statement yang sama. Dan saya harus menyiapkan berbagai macam jawaban yang bisa menghibur diri.

Menatap salib yang ada dihadapanku dan berdoa dalam hati.
"Heiii, Dear Lord... Kalau memang sudah waktuku tiba, nyatakanlah.
Biarlah mataku tetap tertuju padaMU, meletakkan harapanku di dalam tanganMU. Engkau yang menjadi alasanku untuk menikah, karena hari yang akan Kau jadikan adalah hari yang begitu indah, maka jadilah seturut kehendakMu. " 


.Lady.
Tebet, 160415, 23.35 wib 







Share Article on :

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkomentar. Tinggalkan jejak untuk dikunjungi kembali.