sitoradostdaram sitoradostdaram sitoradostdaram

Sunday, February 15, 2015

-Balada Valentine's Day-

Happy Valentine's day all..

Mengapa hari kasih sayang harus pada tanggal 14 Februari? Apapun alasannya, saya menghargai dan menghormati yang mencanangkan hari Kasih Sayang Sedunia tepat tanggal itu.

Anyway, tepat tanggal 14 Februari 2014 yang jatuh pada hari Sabtu kemarin, saya menemani teman saya untuk ke klinik kecantikannya. Biasa konsultasi dan beli obat.
Lagi asyiknya mengobrol dengan teman saya ini, ehhh.. tiba-tiba ada seorang Ibu yang datang dan menghampiri kami. Beliau tepat duduk di sebelah saya berhubung bangku yang disebelah saya memang kosong.

" Kalian sudah lama ke klinik ini? "
" Hehehhe.. baru pertama kali saya mah bu.."
" Ooo, gitu. Tapi katanya memang bagus klinik ini. Muka bisa mulus lagi. Anak saya kesini. Sebelumnya dia tidak berjerawat, tapi karena putus dari pacarnya, akhirnya dia stress, terus tiba-tiba numbuh jerawat.."
" Heheheh.. iya yah.. ngaruh mungkin yah bu.." 
Sejenak berguman dalam hati.
Welehh, berarti kalau saya jerawatan sekarang karena memang stress pikiran, karena diputuskan sang kekasih tepat tahun lalu. Hmmmm... tidak mau dibilang demikian ahhh. Jerawat saya muncul juga karena hormon ah, bukan karena doi. 

" Ngomong-ngomong kalian kerja dimana?"
" Mmmm, di Bank, Ibu.. "
" Ooogt. Bank apa?"
" Bank BNI, bu..."
" Ohya, sudah ada pacar kalian kah? Sudah pada punya pacar belum? "
Nyengir mendengus. Pertanyaan yang paling saya tidak suka.
" Hehehhe.. belum, Bu.."
" Wahhh, kenapa belum punya pacar? "
Pertanyaan semakin menjurus. Dan semakin tidak nyaman dengan pertanyaan itu. Jujur salah, bohong makin bertambah dosa.
" Baru putus, Bu. "
" Kenapa putus? "
Aihhh, pertanyaannya semakin membuatku harus mengingat masa lalu.
" Mmm, beda pemikiran, Bu. Dia juga jauh.."
" Loh kenapa ga diajak kesini aja? "
Haduhhh ibu masa cowo ikut cewe? berguman lagi.
" Ada beberapa hal yang membuat kami berakhir. Mungkin juga karena karakternya yang membuat saya tidak sanggup untuk mempertahankan hubungan kami. Menuntut terlalu banyak ,sementara dituntut tidak bisa. Biarkan dia disana, mungkin ini terbaik. "
" Ooogt yahh... mmmm..Tapi, ini kebetulan sekali.. Mau nggak saya kenalin? "
" Kenapa nggak anaknya saja dikenalin, Bu?" Celotehku becanda.
" Nah, iya..Memang mau mengenalkan anak saya, hahaha.. " tawa Ibu itu lepas.
Whatttt? Mimpi apa yah saya malam kemarin? Sampai bisa ketemu Ibu ini? "
" Kalian orang Batak juga bukan? "
Bla,bla, bla.. obrolan semakin panjang. Dan tampaknya menjurus ke saya. Beliau menjelaskan silsilah hidupnya. Cerita sedikit tentang seluruh anaknya yang pertama, kedua, dan ketiga. 
Dan pada akhirnya saya ingin dikenalkan beliau dengan anaknya yang kedua. 

" Lihat dulu dong potonya.. "
Dengan sikap menghargai saya pun melihat poto itu. Ganteng sih. Tapi, heloooo,, Ibu yang satu ini kayaknya bangga sekali karena anak lakinya ini ganteng. Suatu kewajaran. 
" Anak saya ini susah cari pacar. Sibuk kerja, terus sibuk pelayanan di gereja juga. Akhirnya saya disuruh mencarikan. Kemarin ketemu orang Bank juga, tapi ada aja kendalanya. Bla, bla, bla..
Cerita semakin panjang. Padahal saya sudah enek dengar cerita beliau yang sangat bangga dengan anak laki-lakinya ini.

" Dia pengennya cewenya jangan terlalu 'tinggi' dari dia, jangan terlalu rendah. Yah seimbang, seiman dan sepadanlah sama dia.Anaknya baik kok.. Rajin pelayanan.."
Berguman kembali. 
Bukan berarti orang yang rajin ke gereja itu adalah orang-orang yang baik semua. Semua orang di dalamnya punya motivasi masing-masing yang kita tidak tahu. Isi hati orang siapa yang tahu.

Selidik punya selidik Ibu ini ternyata seorang pendeta gereja GBI yang sepengetahuan saya kebanyakan mereka tidak memegang adat.

" Kenapa mencari orang Batak, Inang? Maaf yah, nang..bukannya GBI tidak percaya dengan Adat? " tanyaku penasaran.
" Wahh, kata siapa? Semua anak saya menikah dengan adat. Tapi, hal-hal yang terlihat menyembah hal-hal yang mustahil atau berhala, yah tidak dilakukan. Itu saja kok. Dia sempat dekat suku Tionghoa juga, tapi saya kurang suka. Senangnya orang Batak. Makanya saya ingin mengenalkannya ke kamu. Kali aja jodoh. "
" Whattttt? Jodoh? Apa itu? " tanyaku dalam  hati.
" Hehhehe, kalau jodoh kan syukur. Cobalah berkenalan sama dia yah. "
Sang Ibu ini sampai menjelaskan berapa penghasilan anaknya, dan embel-embel yang lain.
"Kepepet bu?" Ledekku dalam hati.

" Udah,Nov, terima aja dulu. Berkenalan dulu. Udah enak kalau Mamanya sudah merestui. Daripada kenalan sama pria yang mamanya tidak merestui. Enakan begini. Udah dapat restu dari Mamanya. " 
Temanku mulai jadi kompor panas.

" Ihhh, kok saya, Bu? "
" Nggak apa-apa. Cobalah dulu. "
" Namanya R***... Coba bawa dia dalam doa yah.."
" Hahhhhh? Bawa dalam doa bu? "
" Iya... Bagi dulu no pin dan no hape kamu... "
Antara ikhlas dan ga ikhlas, akhirnya saya memberikan. Dengan satu alasan teringat pesan Mama yang selalu mengatakan "jika ada yang ingin berkenalan denganmu jangan menolak. Jika kamu tidak suka dengan pria itu, katakan baik-baik dengan pria itu. "
" Kamu ajaklah dia ngobrol. "
" Hah? Kenapa harus saya yang memulai, Nang? Dia kan pria. Dia dong yang harus memulai. "
" Iya, tapi nggak perlu seperti itulah. Lihat saja tokoh Alkitab Boas dan Ruth, toh Ruth kan yang mendatangi Boas? Tidur di bawah kakinya? "
Cuma diam.
Itu memang tokoh Alkitab. Jaman dulu kala. Itupun ada penyebabnya kenapa Ruth melakukan itu. Lah saya?? Mengenal anaknya saja belum. FIuhhhh...

Berhubung kami terlalu lama ngobrol, perutku sudah keroncongan. Akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri obrolan kami. Tampaknya ibu ini doyan sekali ngobrol, apalagi mengobrolkan tentang anaknya. Semakin membuat saya takut.

" Mauliate yah, nang.. Kami pulang dulu yah, nang. "
( Artinya : Terimakasih yah, Bu..)
Fiuhhhh.. akhirnya aku menghirup nafas dengan panjang. 
Rasanya itu kayak mimpi buruk atau mimpi indah.

Banyak kesimpulan yang aku tarik dalam kisahku ini.
Tuhan apa yang ingin Engkau sampaikan kepadaku lewat Ibu itu?
" Haruskah kembali berkenalan dengan makhluk yang bernama PRIA ? "
lirihku dalam hati. 


.LaDy.
Tebet, 150214, 14.10 wib

Share Article on :

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah berkomentar. Tinggalkan jejak untuk dikunjungi kembali.